PENGERTIAN
EMBRIO/EMBRIOLOGI
I.
Pengertian
Embrio
Embrio
merupakan eukariot diploid multisel dalam tahap pertama dalam perkembangan,
dari waktu pembelahan sel pertama sampai kelahiran , penetasan, atau Perkecambahan.
Bagi manusia, disebut embrio sehingga sekitar delapan minggu setelah pembuahan,
dan mulai saat itu disebut janin.
Perkembangan embrio disebut embriogenesis. Untuk organisme yang
bereproduksi secara seksual, ketika sperma bersenyawa dengan sel telur,
hasilnya adalah sel yang disebut zigot, yang mewarisi separuh DNA dari setiap
induknya. Untuk tumbuhan, hewan dan beberapa protis, zigot itu akan terpecah
secara mitosis untuk menghasilkan satu organisme multisel. Hasil proses inilah
disebut embrio.
II.
Sejarah
Perkembangan Embrio/Embriologi
Setelah Aristotiles, orang yang mempelajari embriologi adalah
William Harvey (1578-1657), yang pada tahun 1651 menulis buku “Tentang Generasi
Hewan”. Dikatakan bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini
diperkuat dengan penemuan R. de Graaf (1641-1673), menyatakan bahwa indung
telur (ovarium) pada burung sama dengan indung telur pada kelinci. Ia juga
merupakan peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel telur dan sperma agar
terbentuk embrio. De Graf juga membuktikan bahwa sel telur dan sperma sama-
sama membawa bahan genetika untuk keturunannya. Selain itu, A. Van Leeunwenhook
(1677) melihat spermatozoa orang dalam mani (semen).
M. Schleiden dan T. Schwann (1839) menemukan “teori sel”, yang
berbunyi; “sel adalah unit dasar kehidupan”. Semua hewan dan tumbuhan dibangun
atas sel-sel. Sedangkan R. Virchow (1859) merumuskan pula istilah terkenal:
“Omne cellula e cellula”, sel berasal dari sel yang telah lebih dulu ada. Itu
berarti setiap sel tubuh berasal dari sel kelamin (gamet), dan setiap sel yang
ada sekarang di bumi, baik hewan maupun tumbuhan, berasal dari sel yang relatif
ada di masa purba. Sementara itu Spallanzani (1729 – 1799) mengatakan, bahwa
hasil berkelamin jantan dan betina perlu untuk mulainya embriogenesis.
Seiring berkembangnya pengetahuan tentang embriologi, maka para
ilmuan banyak mengeluarkan teorinya masing-masing. Seperti halnya teori yang
dikemukakan oleh Jan Swammerdam, teori ini menganut teori performasi yaitu,
embrio sudah ada dalam telur dan telah terbentuk sempurna, sebagai miniatur
yang terkandung dalam biji.
Pada abad ke- 18, teori preformasi berkembang dengan baik dan
membentuk beberapa aliran diantaranya menyatakan bahwa ada kekuatan vital dalam
benih organisme dan kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola
perkembangan yang telah dibentuk sebelumya. Untuk membuktikannya harus
dilakukan pengamatan secara empiris (percobaan). C. F. Wolff (1738-
1794) melaksanakan pengamatan ini dan mengemukakan teori epegenesis embriologi
pada tahun 1759. Ia sendiri mengkritik teori preformasi dalam bukunya “Teori
Generasi” hingga terus berkembangnya ilmu pengetahuan tentang embriologi.
III.
Perkembangan
embrio mamalia
Sel telur mamalia biasanya berukuran cukup kecil, hanya menyimpan
sedikit cadangan makanan. Pada sebagian besar spesies mamalia, fertilisasi
terjadi di dalam oviduk, dan tahap-tahap paling awal dari perkembangan yang terjadi
sewaktu embrio menyelesaikan perjalannya menyusuri oviduk menuju uterus. Sel
telur dan zigot mamalia belum menunjukan polaritas sehubungan dengan kandungan
sitoplasma, dan penyibakan zigot, yang tidak memiliki kuning telur, bersifat
holoblastik. Akan tetapi, terlepas dari ketiadaan kuning telur, gastrulasi dan
organogenesis awal pada mamalia mengikuti suatu pola yang serupa dengan pola
pada burung reptile dan lain.
Karena pertimbangan etika menghalangi untuk percobaan pada embrio
manusia, perkembangan manusia sebagian telah di dasarkan pada apa yang bisa
kita ekstrapolasi dari mamalia yang lain. Berdasarkan pada pengamatan
perkembangan manusia paling awal setelah tertilisasi in virto. Pada manusia,
pembelahan pertama selesai sekitr 36 jam setelah fertilisasi, pembelahan kedua
sekitar 60 jam, dan pembelahan ketiga setelah 72 jam. Blaatomer-blastomer
berukuran setara. Pada tahap delapan sel, blastomer melekat erat satu sama
lain, menyebabkan permukaan luar embrio berpenampilan mulus.
Menggambarkan perkembangan embrio manusia dimulai sekitar 6 hari
setelah fertilisasi.
1. Sel
penyibakan selesai, embrio telah memiliki lebih dari 100 sel yang tersusun di
sekeliling rongga sentral dan menuruni oviduk menuju ke uterus. Tahap embrionik
ini disebut blastosit. Yang menggugus disalah satu rongga blastosit adalah
sekelompok sel yang disebut masa sel dalam yang kemudian berkembang menjadi
embrio itu sendiri dan membentuk atau berkontribusi terhadap semua membrane
ekstraembrionik.
2. Trofoblas,
epitel blastofit terluas tidak berkontribusi terhadap embrio itu
sendiri namun menyediakan jasa pendukung. Pertama, trobobflas menginisiasi
implasntasi dengan menyekresi enzim yang mencegah molekul-molekul endometrium,
pelapis uterus. Ini memungkinkan blastosit memasuki endometrium. Kemudian, saat
trofoblas menebal melalui pembelahan seln trofoblas mengulurkan
penjuluran-penjuluran serupa jari kedalam jaringan maternal disekitarnya, sehingga
darah tumpah dan merendam jaringan trofoblas. Disekitar waktu implantasi, massa
sel bagian dalam dari blastosit membentuk cakram pipih dengan lapisan sel
bagian atas,epiblas, dan lapisan sel bagian bawah, hipoblas, yang homolog
dengan epiblas dan hipoblas burung.
3. Saat
implantasi selesai, gastrulasi dimulai. Sel-sel bergerak kedalam dari epiblas
melalui alur primitive dan membentuk mesoderm dan endoderm. Pada waktu yang
sama membrane ekstraembrionik mulai terbentuk. Trofoblas terus meluas kedlam
endometrium. Trofoblas yang menginvasi, sel-sel mesodermal yang berasal dari
epiblas, dan jaringan endometrium yang berdekatan turut berkontribusi terhadap
pembentukan plasenta. Plasenta adalah organ vital yang merantarai pertukaran
nutrient, gas, dan zat-zat buangan bernitrogen antara embrio dan induk betina.
Plasenta juga menghasilkan hormone dan melindungi embrio dari respon kekebalan
ibu.
4. Akhir
glastrulasi, lapisan germinal embrionik terlah terbentuk. Embrio berlapis tiga
kini dikelilingi oleh mesosderm ekstraembrionik yang beriprolifrasi dan
keempat membrane ekstraembrionik. Proses Morfogenetik disebut juga sebagai
Proses Gastrulasi. Selama masa gastrulasi sel-sel melakukan gerakan
morfogenetik, sehingga terjadi reorganisasi seluruh embrio atau sebagian daerah
kecil di dalam embrio. Gastrulasi: awal perkembangan embrio
Mulai
dikenal 3 lapisan:
- Ektoderm
- Mesoderm
- Endoderm
Mekanisme molekuler gastrulasi berbeda untuk setiap spesies
Gastrulasi diikuti dengan organogenesis, perkembangan organ dari lapisan
germinal. Tujuan gastrulasi: membentuk 3 lapisan embrional yaitu ectoderm,
mesoderm, and endoderm. Setiap lapisan akan berkembang menjadi jaringan dan
organ spesifik.
Ektoderm adalah lapisan tubuh bagian luar yang akan berkembang
menjadi lapisan luar pelindung tubuh (pada hewan tertentu menjadi susunan saraf
pusat).
Endoderm adalah lapisan tubuh bagian dalam yang akan berkembang
menjadi saluran pencernaan dan hati.
Mesoderm adalah lapisan tubuh bagian tengah yang akan berkembang
antara usus dan lapisan pelindung luar seperti otot dan sistem peredaran darah.
Misal:
ektoderm berkembang menjadi: Epidermis (kulit, rambut, dll) , Jaringan syaraf.
Membran ekstraembrionik pada mamalia homolog dengan ekstraembrionik
pada burung dan reptile yang lain dan berkembang dengan cara yang serupa.
Pertukaran gas terjadi melintasi korion, dan amnion mengalasi embrio yang
sedang berkembang. Kairon adalah Korion terbentuk dari trofoblast yang diliputi
oleh mesoderm. Korion yang hanya terdiri satu lapisan, menjadi dua lapisan
yaitu: Lapisan langhans atau cytotrofoblast dan Lapisan synsititium atau
synsitiotrofoblast. Lapisan langhans atau cytotrofoblast yaitu lapisan dalam
yang berhubungan dengan mesoderm dan terdiri sel-sel yang batasnya jelas.
Lapisan synsititium atau synsitiotrofoblast yaitu lapisan luar yang berhubungan
dengan lapisan desidua yang terdiri dari protoplasma sel dan inti sel tanpa
batas-batas sel. Korion berdiferensiasi dan tumbuh pesat antara hari ke-9 dan
20. Korion mengeluarkan cairan enzim yang mencairkan sel-sel desidua dan
pembuluh darah, mengeluarkan cabang-cabang pada seluruh permukaannya dan
sekitar desidua menjadi villi choriallis. Korion yang melekat pada desidua
basalis dan tumbuh subur disebut chorion frondusum. Sebaliknya villi yang
banyak, makin berkurang dan akhirnya menghilang. Hal ini disebabkan oleh
desidua kapsularis sangat sedikit mengandung pembuluh darah, sehingga kurang
makanan , yang berakibat korion menjadi gundul disebut chorion leave. Cairan
dari rongga amnion yang merupakan ‘air ketuban’ yang dikeluarkan dari vagina
induk betina saat amnion pecah tepat sebelum kelahiran anak. Dibawah embrio
mamalia yang sedang berkembang, kantong kuning telur menyelubungi lebih banyak
cairan. Walau tidak mengandung kuning telur diberikan nama yang sama pada
burung dan reptile. Mebran kantong kuning telur mamalia merupakan tempat
pembentukan awal sel-sel darah. Yang kemudian berimigrasi kedalam embrio dan
menyingkirkan karbon dioksida dan zat buangan bernitrogen dari embrio.
IV.
Kembar Identik
Kembar identic bisa muncul ketika sel-sel embrionik terpisah. Waktu
pemisahan tersebut menentukan sifat penyusunan anak kembar di dalam uterus
terkait dengan membrane ekstraembrioniknya. Jika pemisahan terjadi cukup dini,
sebelum trofoblas dan masa sel bagian dalam terdiferensiasi, maka kedua embrio
akan tumbuh, masing-masing dengan korion dan amnionnya sendiri. Inilah yang
terjadi sepertiga dari kelahiran kembar. Pemisahan terjadi agak belakngan,
setelah korion terbentuk namun sebelum amnion yang terpisah. Pada kasus yang
jarang, dua kelompok sel lebih belakangan lagi terbentuk.
V.
Mekanisme Seluler dan Molekuler
Penataan dan pergerakan sel yang terjadi dari bentuk blastula
menjadi gastrula melibatkan mekanisme seluler yang luar biasa, yaitu:
1. Perubahan
dalam motilitas sel,
2. Perubahan
dalam bentuk sel, dan
3. Perubahan
dalam adhesi seluler(penempelan dari sel ke sel lain, atau ke matriks
ekstraseluer).
Perubahan bentuk sel umumnya melibatkan reorganisasi sitoskeleton,
awalnya mikrotubula terorientasi –aralel dengan sumbu dorso ventral embrio,
sehingga membantu pemanjangan sel sepanjang arah tersebut. Pada ujung dorsal
masing –masing sel terdapat susunan parallel filament aktin yang terorientasi
menyilang. Filament tersebut berkontraksi yang menyebabkan sel berbentuk baji
(wedge), sehingga memaksa lapisan ectoderm melekuk ke arah dalam (
invaginasi/imnpocketing).
Selanjutnya adhesi sel, glikoprotein dalam matriks ekstra seluler
(misal fibronektin) menautkan sel –sel yang bermigrasi sehingga sel –sel
tersebut mencapai tujuan. Adapun factor yang berperan dalam migrasi tersebut
adalah glikoprotein yang disebut molekul adhesi sel ( cell adhesion molecule)
yang terdapat pada permukaan sel.
Pada mekanisme molekuler proses fertilisasi meliputi beberapa tahap
yaitu (1)kontak dan pengenalan sel telur dan sperma, (2) regulasi penetrasi
sperma ke sel telur, (3) fusi material genetik kedua sel gamet dan (4) aktivasi
reaksi metabolik sel telur, untuk memulai perkembangan embrio(Gilbert, 2000).
Kesemua tahapan diatas melibatkan interaksi molekul-molekul yang terdapat pada
kedua sel gamet yaitu sel telur dan sperma.
Jangan lupa liat videonya ya....
Jangan lupa liat videonya ya....
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,Urry,Reece.2010.Biologiedisikedelapanjilid2,Jakarta:
Grasindo
Hutapea,Jakop.2010"perkembanganembriomanusia".Tersediapadahttp://id.scribd.com/doc/55327692/perkembangan-embrio-manusia(pada tanggal 15 mei 2014)
Astuti.2011."Ekdoderm".Tersediapadahttp://glosarium.org/arti/?k=ektoderm(diaksespadatanggal 20 mei 2014)
Hutapea,Jakop.2010"perkembanganembriomanusia".Tersediapadahttp://id.scribd.com/doc/55327692/perkembangan-embrio-manusia(pada tanggal 15 mei 2014)
Astuti.2011."Ekdoderm".Tersediapadahttp://glosarium.org/arti/?k=ektoderm(diaksespadatanggal 20 mei 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar